
Betapapun kerasnya hukum itu ia tetaplah hukum yang
harus dipatuhi. Itulah arti lain dari lex
dura sed tamen scripta (Selengkapnya lihat:
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang Nomor 17/G/2015/PTUN-Smg.,
hlm. 157). Hukum
harus dilaksanakan dan ditegakan. Bagaimanapun hukumnya itulah yang harus
berlaku dan harus dilaksanakan serta tidak boleh menyimpang. Demikian menurut
adagium "lex dura sed tamen scripta" (hukum
adalah keras dan memang itulah bunyinya atau keadaannya, semua demi kepastian
dalam penegakannya). Dengan cara demikian, maka ada kepastian hukum dan kepastian
hukum itu akan menciptakan tertib masyarakat. Sehingga dengan menegakan hukum
maka sama artinya dengan menegakan undang-undang (Selengkapnya
lihat: Putusan Mahkamah Agung Nomor 1790 K/Pdt/2012, hlm. 33).
Selain hal tersebut di atas “lex dura secte
mente scripta“ juga berarti hukum
itu kaku dan telah tertulis. Oleh karena itu, semua orang tidak dapat
mengubahnya. Sehingga dengan demikian sebagai pelaksana undang-undang
termasuk hakim ataupun penegak hukum yang lainnya harus melaksanakan
secara murni dan konsekuen (Selengkapnya
lihat: Putusan Mahkamah Agung Nomor 1069 K /Pid.Sus/2014, hlm. 11).
Lihat
Asas-asas Lainnya:
Asas Equality Before the Law– Similia Similibus – Persamaan
dalam Hukum – by Ryan Damas Jayantri and Raja Juraidah Jaya.